Menghindari Plagiarisme dalam Penulisan Karya Ilmiah

Senin, 14 Juli 2025 07:19 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Sampul depan buku \x22Pejuang Impian\x22
Iklan

Karya ilmiah adalah laporan tertulis yang diterbitkan, berisi paparan hasil penelitian atau kajian.

Disusun Oleh: Sheva AkbarMaulana (240103028)

Pendahuluan 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karya ilmiah adalah laporan tertulis yang diterbitkan, berisi paparan hasil penelitian atau kajian yang telah dilaksanakan secara individu maupun kelompok, dengan mematuhi kaidah serta etika keilmuan yang diakui dan dijunjung tinggi oleh komunitas akademik. Karya ilmiah juga merupakan wujud pemikiran dan imajinasi penulis yang dikonfirmasi kepada orang lain, kemudian dibuktikan kebenarannya, diterima, serta disusun dalam bentuk penulisan yang ilmiah.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Nana Sudjana (2014) menyatakan bahwa karya ilmiah merupakan tulisan atau bentuk karya lain yang diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni, yang ditulis atau disusun sesuai dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman serta aturan yang telah ditetapkan.

Menurut Arifin (1983: 1), karya ilmiah adalah hasil pengumpulan data lapangan yang disusun ke dalam bentuk karangan dengan menerapkan metode dan aturan ilmu pengetahuan, sehingga menghasilkan informasi yang dapat dibahas, disebarluaskan kepada masyarakat, dan didokumentasikan di perpustakaan. Karya ilmiah dapat dipahami sebagai karangan yang berisi ilmu pengetahuan dengan menyajikan fakta umum, ditulis berdasarkan metodologi yang benar. Tujuan penulisan karya ilmiah adalah untuk menyampaikan pengetahuan kepada orang lain.

Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah

  1. Reproduktif

Reproduktif berarti karya ilmiah harus dapat dipahami sesuai dengan tujuan pembuatannya. Apabila karya tersebut tidak dapat dipahami, maka pesan yang ingin disampaikan penulis tidak akan tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

  1. Tidak Ambigu
    Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah harus jelas, tepat, dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, sehingga tidak menimbulkan kebingungan bagi pembaca. Selain itu, penulis juga harus mampu merangkai kalimat demi kalimat menjadi paragraf yang utuh dan memiliki ide pokok yang jelas.
  2. Objektif
    Objektif berarti karya ilmiah harus disusun berdasarkan penalaran logis, bukan berdasarkan perasaan atau emosi penulis.
  3. Menggunakan Bahasa Baku
    Penulisan karya ilmiah harus memakai bahasa baku yang telah diresmikan oleh pemerintah. Penggunaan bahasa baku bertujuan untuk menjaga keseragaman dan kejelasan isi tulisan.
  4. Sistematis
    Karya ilmiah harus disusun secara sistematis dan terarah agar tidak melenceng dari topik pembahasan. Penulisan yang sistematis membantu menghindari kesalahan dalam penulisan karya ilmiah.
  5. Kalimat yang Efektif
    Kalimat dalam karya ilmiah harus efektif, artinya setiap kalimat harus saling berkaitan dan berkesinambungan dari kalimat pertama hingga kalimat berikutnya.

Dalam penulisannya, karya ilmiah hendaknya disusun dengan tertib, mengutamakan kehalusan dalam penyajian ide, menggunakan kata-kata secara hemat, serta tepat dalam pemilihan istilah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karya ilmiah merupakan tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, didukung data yang telah teruji kebenarannya, serta mampu menjelaskan alasan dan cara suatu peristiwa atau fakta terjadi secara objektif, tanpa didasari perasaan atau rekayasa semata.

Strategi Menghindari Plagiarisme dalam Penulisan Ilmiah

Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari plagiarisme dalam penulisan karya tulis ilmiah sangat penting untuk dipahami dan diterapkan oleh setiap penulis, baik mahasiswa, dosen, maupun peneliti. Salah satu cara yang paling mendasar adalah dengan selalu mencantumkan sitasi yang tepat pada setiap kutipan, ide, atau gagasan yang diambil dari karya orang lain.

Sitasi yang jelas dan akurat menunjukkan bahwa penulis menghargai hasil pemikiran penulis asli, sekaligus menegaskan bahwa karya yang ditulis bersifat ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Dengan mencantumkan sitasi, pembaca juga dapat menelusuri sumber asli jika ingin mendalami informasi lebih lanjut. Sitasi biasanya memuat nama penulis, tahun terbit, dan halaman sumber rujukan (Penulis, Tahun, Halaman), sehingga kejelasan sumber dapat terjamin.

Selain itu, para penulis karya ilmiah juga dianjurkan untuk melakukan parafrase, yaitu mengungkapkan kembali ide atau gagasan orang lain dengan kata-kata sendiri tanpa mengubah makna yang terkandung di dalamnya. Parafrase yang baik menunjukkan kemampuan penulis dalam memahami materi bacaan sekaligus menjelaskan kembali dengan gaya bahasa sendiri yang tetap sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang benar. Dengan melakukan parafrase, penulis tidak hanya terhindar dari tindakan plagiarisme, tetapi juga mampu mengasah keterampilan menulis secara kritis dan kreatif.

Dengan melaksanakan langkah-langkah tersebut secara konsisten, setiap penulis diharapkan mampu menghasilkan karya ilmiah yang orisinal, berkualitas, dan sesuai dengan etika akademik yang berlaku. Sikap jujur, tertib, dan bertanggung jawab dalam menulis merupakan wujud profesionalisme seorang penulis ilmiah yang harus dijaga dan diteladani.

Ancaman Plagiarisme akibat Pemanfaatan AI dan Konsekuensinya bagi Dunia Pendidikan Tinggi

Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan semakin maraknya pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam proses pembuatan berbagai jenis karya tulis, potensi terjadinya plagiarisme di dunia akademik pun diperkirakan akan semakin meningkat. Risiko ini tidak hanya mengancam kalangan mahasiswa tingkat sarjana dan pascasarjana, tetapi juga dapat menjerat para peneliti dari berbagai bidang ilmu.

Mahasiswa yang terbukti melakukan plagiarisme dapat dikenai sanksi tegas berupa penurunan nilai, kegagalan dalam mata kuliah tertentu, atau bahkan sanksi yang lebih berat seperti skorsing hingga dikeluarkan dari institusi pendidikan. Di samping itu, keterlibatan seseorang dalam praktik plagiarisme dapat merusak reputasi akademik yang telah dibangun dengan susah payah. Nama baik yang tercemar akibat tindakan plagiarisme tidak mudah dipulihkan dan dapat berdampak buruk terhadap peluang akademik maupun profesional di masa mendatang.

Dalam kasus yang tergolong berat, suatu perguruan tinggi memiliki kewenangan untuk mencabut gelar akademik yang telah diberikan apabila terbukti bahwa karya ilmiah, seperti skripsi, tesis, atau disertasi, mengandung unsur plagiarisme. Selain menimbulkan kerugian secara pribadi, praktik plagiarisme juga dapat merusak kepercayaan publik terhadap karya ilmiah maupun lembaga akademik yang bersangkutan. Dampak negatif ini pada akhirnya dapat memperburuk krisis kepercayaan masyarakat terhadap dunia penelitian ilmiah dan menggerus reputasi institusi akademik secara keseluruhan.

Oleh karena itu, penting bagi setiap pihak yang terlibat dalam dunia akademik untuk senantiasa menjunjung tinggi kejujuran ilmiah, mematuhi etika penulisan, serta memanfaatkan teknologi dengan bijak agar terhindar dari praktik plagiarisme yang dapat merugikan banyak pihak.

Kesalahan Umum dalam Menulis Kutipan dan Daftar Pustaka

Kesalahan dalam pengutipan kerap muncul akibat kurangnya perhatian terhadap detail maupun pemahaman yang memadai mengenai kaidah akademik. Salah satu kekeliruan yang paling sering ditemui adalah tidak mencantumkan sumber dari informasi yang digunakan dalam penulisan artikel. Setiap gagasan, data, atau argumen yang bersumber dari penelitian orang lain wajib disertai dengan kutipan yang tepat.

Selain itu, penggunaan kutipan yang berlebihan tanpa diikuti analisis kritis dari penulis juga menjadi kesalahan yang umum. Sebuah artikel ilmiah seharusnya tidak hanya memuat kumpulan kutipan dari berbagai sumber, melainkan harus menunjukkan pemahaman serta analisis penulis terhadap literatur yang dikutip. Sebagai contoh, alih-alih hanya memaparkan deretan kutipan dari penelitian sebelumnya, penulis sebaiknya mengaitkan temuan-temuan tersebut dengan penelitian yang sedang dilakukan serta menjelaskan bagaimana penelitian tersebut memperbarui atau bahkan menantang temuan yang telah ada.

Daftar Pustaka

 Nurhayati. 2022. Penulisan Karya Tulis Ilmiah.: GUEPEDIA. Diakses di: https://www.google.co.id/books/edition/Penulisan_Karya_Tulis_Ilmiah/t-xmEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0 pada 13 juli 2025, pukul. 15.47

Maria, Elvie dkk. 2025. Rahasia Menulis Paper Jurnal Yang Siap Tembus Scopus: Panduan Lengkap Dari Naskah Hingga Publikasi. Yogyakarta: Deepublish Digital. Diakses di: https://www.google.co.id/books/edition/Rahasia_Menulis_Paper_Jurnal_Yang_Siap_T/hn5iEQAAQBAJ?hl=id&gbpv=0  pada 13 juli 2025, pukul. 15.52

Abdullah, Mukit dkk. 2020. Menulis Karya Ilmiah dengan Cerdas: Panduan Praktis untuk Mahasiswa dalam Menulis Karya Ilmiah.: Zahir Publishing. Diakses di: https://www.google.co.id/books/edition/Menulis_Karya_Ilmiah_dengan_Cerdas_Pandu/Nu0SEQAAQBAJ?hl=id&gbpv=0 pada 13 juli 2025, pukul. 15.56

 

Yanti, Ni Putu Emy Darma dkk. 2024. Karya Tulis Ilmiah : Teori & Pedoman penulisan karya ilmiah. Jambi: PT. sonpedia publishing Indonesia. Diakses di: https://books.google.co.id/books?id=2zATEQAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false pada 13 juli 2025, pukul. 16.07

Zulmiyeti, Dra. 2020. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: prenada media. Diakses di: https://www.google.co.id/books/edition/Penulisan_Karya_Ilmiah/v_32DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0 pada 13 juli 2025, pukul. 16.010

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Sheva Akbar Maulana

Mahasiswa Prodi Ilmu Komputer

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler